Kesempatan Ke-Dua
By Chusnul BrainboxesB.A.P
Warning!!!! ini Yaoi Broo/Siss
Dia yang selama ini bersamaku
Dia yang selama ini selalu menemani
hariku
Dia yang selama ini ada untukku
Dan dia yang selama ini kusakiti
Mengingat namanya membuatku merasa sakit. Setiap waktu aku
bertanya apakah dia baik-baik saja? apakah dia makan dengan baik? dan apa saat
ini dia tengah menangis?. Dan tentu saja dia tengah menangis sekarang.
Sesungguhnya aku ingin mengubah semua ini, memperbaiki apa yang telah
kuhancurkan, tapi...aku takut akan menyakitnya lagi.
Senyum itu hanya untukku
Tawa itu hanya untukku
Bibir itu hanya untuk memanggil
namaku dengan sayang
Mata itu....hanya melihatku
Dan....Mata itu adalah mata yang
selalu kubuat menangis
Aku menyadari semua, menyadari bahwa semua aku yang salah, dan
aku juga menyadari bahwa aku mencintainya. Dia....selalu tersenyum untukku
walau air mata mengalir dipipinya, aku tahu bagaimana dia, dia mencoba untuk
tetap tegar dihadapan semua orang, dia selalu mencoba merasa baik-baik saja
saat hatinya sedang terluka. Dan apa yang dapat aku lakukan saat itu hanya
diam, merasa seolah semua memang baik-baik saja, padahal aku yang menyebabkan
itu terjadi.
Suara merdunya menyejukan hatiku
Usapan tangannya membuatku damai
Genggaman tangan itu menghangatkanku
Pelukan itu membuatku merasa nyaman
Aku menyesal, menyesal karena telah menyia-nyiakan orang
seperti dia, saat semua memanfaatkan kekayaan dan popularitasku dia haya minta
agar aku tetap tersenyum. Dia merelakan apapun demi kebahagiaanku tapi aku
mengabaikannya, menganggap seolah dia tidak ada dan menganggap yang semu adalah
nyata. Aku masih memngingat semua, dimana dia tersenyum untukku dan aku
membalasnya dengan tatapan kebencian tapi dia sedikit pun tak melunturkan
senyumnya yang manis itu. Kenapa begini? Kenapa aku kejam sekali?
Meninggalkannya tanpa sebab dan aku malah memilih orang lain untuk enemani
hariku. Betapa bodohnya aku.
Kadang aku berfikir, apakah dia Malaikat? kenapa sedikit saja
tidak pernah marah, kenapa dia tidak memukulku saja saat aku melukainya, kenapa
dia tidak membunuhku saja saat semua rasa pahit itu kuberikan padanya dan
kenapa dia hanya berkata “lakukan apapun yang membuatmu senang”. Coba
kalian bayangkan, fikiran macam apa itu?
Saat ini aku akan melepaskan semua
keegoisanku, kesombonganku dan rasa tidak peduliku. Ini belum terlambat, Dia
masih setia untukku dan aku harus mempertahankannya. Tak akan pernah aku ulangi
hal bodoh itu lagi dan tak akan keubiarkan dia menangis lagi.
.
.
.
.
Saat ini aku ada didepan kelasnya, lebih
tepatnya kelas 12 B. Aku lihat dia sedang bercanda bersama teman-temannya dan
aku sadar dia adalah orang yang sangat menyenangkan dan Easy Going. Aku memberi
kode pada satu temannya untuk memanggilkan dia untukku.
“Himchan-ah, tuh...”
Dia menoleh kearahku dengan terkejut, karena
tidak biasanya aku datang kekelasnya malah kita tidak pernah bertemu disekolah.
Dia bejalan mendekatiku dan jantungku tak henti-hentinya berdetak, ah aku bisa
gila!!
“hai. Bbang”
Masih sama, dia masih Kim Himchanku. Tak ada
yang berubah
“ada apa? Aka kamu perlu sesuatu”
Srettt
Aku tak menjawab pertanyaannya dan langsung
menariknya dari sana, mengundang rasa khawatir dari teman-temannya. Tenang saja
Guys dia akan aman bersamaku.
Kini aku dan Himchanku sedaang berada di
Kantin.aku tak memperdulikan tatapan heran dan tidak suka dari murid lain, kini
anggap saja hanya ada aku dan Himchanku.
“Bbang. Kamu mau makan? Kenapa tidak bilang
dari tadi”
Dia tersenyum padaku, khas seorang Kim
Himchanku dan itu sangat cantik.
“tidak ingin pesan sesuatu? Kenapa kamu terus
diam begitu Bbang”
Dia berkata lirih dan menundukan kepalanya.
Kenapa?
Aku memberi kode pada ibu penjaga kantin agar
mengantarkan pesanan yang aku pesan sebelumnya tadi. Aku sudah menyiapkan semua
untuk Himchanku.
Pukk
Kuletakan sumpit didepannya. Ia tampak
terkejut melihatnya, dan ekspresi itu sunguh lucu. Aku terkekeh dalam hati.
“makanlah”
“sebanyak ini”
“kamu tidak mau”
“emmm” Gumamnya dan mengangguk
Kusodorkan sumpit yang sudah berisi udang
goreng ini kehadapannya bermaksud menyuapinya.
“buka mulutmu” dia menolak pada awalnya tapi
akhirnya ia membuka mulutnya untukku. Senang sekali rasanya. Ini adalah hal
romantis pertama yang pernah kulakukan. Serius!!
Aku terus menyuapinya dan dia terus menolak
tapi dia akhirnya luluh juga
“Bbang. Kenapa menyuapiku terus. Kamu gak
makan?”
“nanti saja”
Kugengam tangannya yang dingin itu diatas
meja, aku merasakan tubuhnya bergetar. Apa dia takut?
“Hime-ah” ini adalah panggilan baruku untuknya,
manis bukan?
“hah” ia nampak bingung
“Hime-ah, gimana kabarmu?”
“kamu bicara padaku?” tanyanya polos
“ya. Aku bicara denganmu”
“emmm aku baik. Kamu sediri?”
“aku....aku sangat tidak baik”
“benarkah. Apa kamu sakit. Dimana yang sakit.
Kenapa nggak bilang...”
“Eunggg..maaf” dia berhenti setelah bertemu
pandang denganku. Ia kembali duduk dibangku didepanku. Lagi-lagi dia menunduk.
Kenapa hime?
“minta maaf kenapa?”
“ka-karena aku menyentuhmu. Maafkan aku ya”
Deg
Tiba-tiba dadaku sesak sekali mendengarnya.
Aku baru ingat bahwa aku pernah menyuruhnya untuk tidak menyentuhku barang
sejengkal pun. Aku menyesal pernah mengatakan itu
“sudah kenyang, ayo aku antar kekelas”
“eumm...oke”
Aku memberi kode untuknya agar segera masuk
tapi dia malah terus memandangku. Jadi kuputusan untuk memeluknya membuat
reaksi heboh dari seluruh isi kelas. Well..siapa yang tidak heran jika aku yang
terkenal dingin dan cuek kini memeluk seseorang begini terlebih itu adalah
Himchan. Aku merasakan tubuhnya bergetar lagi, semakin kueratkan pelukanku dan
kubelai surai hitamnya yang lembut. Ada rasa bahagia dari dalam, seperti kau
mendapat gelar juara. Rasanya ingin menangis.
“masuklah. Hime” kulepas perlahan pelukanku
dan dia menunduk malu dengan pipi yang bersemu merah. Aku tersenyum dan
mengusak poninya
“oke. Terimakasih Bbang.”
“tidak masalah. Jangan berterimakasih”
Ia menganguk kecil dan melambaikan tangannya
sebelum ia masuk kedalam kelasnya. Aku masih berdiri disini untuk memastikan
dia duduk ditempatnya dengan aman.
“KIM HIMCHAN....” aku meneriakan namanya
sangat keras dengan suara rendahku membuat semua orang menatap kearahku
termasuk Dia.
“AKU MENCINTAIMU” kuteriakan kalimat itu
dengan lantang. Kulihat Himchan masih terdiam ditempatnya berdiri. Setelah itu
aku pergi menuju kelasku, kelas 12 A.
Sepulang sekolah aku menunggunya didepan
kelasnya tanpa sepengetahuannya. Pelajaran berakhir dan dia merapikan
buku-bukunya. Beberapa anak sudah keluar termasuk Hime-ku yang sedang berjalan
keluar kelas bersama kelompoknya
Srettt
“ehh”
Aku menatap matanya yang juga menatapku dengan
heran
“ayo kita pulang”
“tapi aku pulang naik bis bersama
teman-temanku”
“sekarang pulangnya denganku”
“ta...”
“Bro gue pinjem dia lama ya” aku memotong
ucapannya dan minta ijin sama teman-temannya
“oke Bro”
Sekarang kita sudah ada di dalam mobilku.
Hime-ku nampak diam tak bersuara dan tidak bergerak dia terlalu sibuk memainkan
jemarinya. Apa dia gugub? Atau sedang takut?
“ayo kita jalan-jalan” kugengam tangannya
sambil menyetir. Aku lihat dari ekor mataku Hime-ku terus memandangku tanpa
berkedip. Aku memang tampan lho!
“Jangan lihatin terus. Aku emang tampan tapi
jangan sampai matamu keluar gara-gara ini”
Dia lagsung mengalihkan pandangannya kedepan
dengan wajah yang memerah. Aku suka sekali jika melihatnya begitu
“Kamu ingin kemana?”
“emm”
“aku bertanya. Kamu mau kita pergi kemana?”
“terserah padamu Bbang”
“oke. Kita akan ke taman kota saja.
Bagaimana?”
Dia mengangguk dan aku tersenyum
menanggapinya, jangan lupa jika tangannya masih kugengam hinga basah oleh
keringat sekarang.
“sudah sampai”
Kubukakan pintu untuknya dan dia keluar
setelah itu aku mengandeng tangannya berkeliling taman ini. Aku tidak pernah
mengajak siapapun jalan-jalan. Waktuku hanya kuhabiskan di club malam.
Ini sudah 5 menit kami berjalan mencari
bangku yang kosong dan Hime-ku masih saja diam, dia meurut kujak kemana kakiku
melangkah. Jika kutanya apa dia mau ini atau itu dia hanya menganguk saja.
Ah itu dia ada bangku yang kosong tepat
dibawah pohon yang rindang dengan bunga yang bermekaran disekitarnya
“Kita duduk sini ya Hime”
“Hime-ah. Kau mau itu” tanyaku sambil menunjuk
penjual permen kapas yang dikerubungi oleh anak-anak kecil tak jauh dari tempat
kami duduk
Dia hanya tersenyum kecil menggapinya.
“oke tunggu ya” dia mengangguk
Aku memesan 1 rasa Strawbarry. Sambil menunggu
aku melihat kerah dimana malaikantku berada. Dia tak melakukan apapun, hanya
diam dan kadang melihat kesekitar. Wajahnya terlihat damai. Ramputnya sedikit
tertiup angin sore membuatnya sangat cantik. Jadi selama ini aku memiliki pacar
yang cantik?. Tapi tunggu...dia terlihat sedih? Ada apa?.
“Hanya satu nak?” tanya penjual permen kapas
itu padaku
“iya Paman”
“kulihat kau sedang bersama seseorang”
“iya, paman. Itu dia ada disana”
“apa dia kekasihmu”
“iya Paman”
“kalian terlihat serasi. Kau sangat baik pasti
dia sangat bahagia punya pacar sepertimu”
Sejenak aku menunduk. Apakah Himchan bahagia
sedangkan setiap hari hanya luka yang kuberi. Aku tersenyum menanggapi Paman
itu
“jangan sia-siakan orang kau cintai dan
mencintaimu. Mereka adalah orang yang akan mengerti dan menemanimu bagaimana
keadaanmu”
Ujar paman itu seperti tahu apa yang ada dalam
pikiranku
“itu pasti paman. Aku akan menjaganya dengan
baik.” Ujarku sambil memandang Hime-ku
“baiklah. Ini” paman itu memberikan Permen
kapas yang kupesan tadi
“berapa paman?”
“untukmu saja. Dan semoga beruntung. Kudo’akan
agar kalian tetap bersama selamanya”
“wahh terimakasih paman terimakasih.”
Paman itu sangat baik
“Baik paman aku kesana dulu. Terimakasih
paman”
“Maaf lama”
“tak apa”
“hanya satu”
“iya, ayo kita makan bersama”
“dasar pelit” gumamnya lirih seolah ingin
bercanda padaku dan aku tersenyum menanggapinya
Kami memakannya bersama rasanya tak lebih
manis dari pada wajah Hime-ku yang damai. Aku menyuapinya, seperti biasa dia
selalu menolak namun akhirnya ia mau.
“enak enggak?”
“memm manis”
“tapi lebih manis dirimu”
Ia berhenti memakan permennya dan memandangku
kubalas tatapannya dengan senyumanku, dia juga balas tersenyum kecil padaku
seperti ada kekhawatiran di wajahya, dia sedang mencemaskan sesuatu?
Hening...
tak ada dari kami yang berbicara, hari sudah
semakin sore
“Setelah ini kita...”
“Bbang”
Ucapanku terpotong karena Hime-ku menyelanya
“Iya”
“Bo-boleh aku tanya sesuatu”
“tentu”
Ia terlihat takut dan khawatir. Aku coba untuk
menenangkannya
“katakan saja Hime. Tidak apa” kugengap
tangannya. Dia gemetar
“ke-kenapa kau mengajakku pergi?”
“karena aku ingin mengahabiskan waktuku
bersamamu”
“tapi kenapa?”
“apa kau keberatan”
Ia mendongak menatapku
“tidak, aku senang kau mau mengajakku
pergi....tapi aku takut..”
“apa yang membuatmu takut”
“kau tiba-tiba baik padaku hari ini. Kau juga
mau bicara padaku, kau mau tersenyum padaku dan kau juga mau memegang tanganku.
Ku pikir ini tidak mungkin.”
Tess
“tidakkah menurutmu itu aneh. Ada apa denganmu
Bbang? Apa...apa kau merencanakan sesuatu? Kau menginginkan apa dariku Bbang?
Katakanlah jangan begini. Jangan memberi harapan padaku”
“Hime...”
“aku kan memberikannya padamu jika kau
memintanya. Tidak perlu bersikap begini”
“Hime dengarkan aku dulu...” aku berjongkok
dihadapannya
“aku tahu aku sangat keterlaluan padamu,
maafkan aku karena menyakitimu. Maaf karena aku selalu membuatmu mengangis. Dan
aku sadar jika aku mencintaimu. Bisakah kau beri aku satu kesempatan utuk
memperbaikinya. Ijinkan aku membuatmu bahagia Kim Himchan”
“tapi kenapa?”
“Aku sadar bahwa hanya kau yang bisa membuatku
merasa berharga Hime. Kau mencintaiku dengan tulus dan tidak semestinya aku
melakukan itu padamu. Aku mencintaimu sangat mencintaimu sampai kapanpun”
“katakan kau bercanda Bbang. Kumohon berhenti
berbohong. Aku tahu kau tidak pernah mencintaiku. Kau yang bilang padaku bahwa
aku tidak pantas untukmu. Aku haya jadi parasit untumu. Dan.....”
“sssttt.....lupakan apa yang pernah ku
ucapkan. Sekarang aku bukanlah Yongguk yang dulu. Aku sudah berubah. Aku akan
memberiakan seluruh hatiku untunmu. Kau membuatku mengerti apa itu rasa kasih
sayang, peduli dan Apa itu cinta”
“benarkah”
“aku tidak pernah seserius ini”
“tapi Ji Eun”
“dia hanya pelarianku. Aku bersumpah bahwa aku
tidak sedikitpun mencintanya. Karena cintaku ada bersamamu”
“Tapi kalian...”
“tidak. Apa yang dia katakan tidak pernah
terjadi. Bagaimana bisa aku melakukannya jika wajahmu yang selalu ada
dipikiranmu. Dan aku akan melakukannya bersamamu”
“Aku mencintamu Bang Yongguk”
“aku lebih mencintaimu Bang Himchan”
Sejak saat itu kami memulai hidup lebih baik,
walau terkdang sedikit pertengkaran kecil setidaknya hanya Hime ku yang suka
merajuk. Kami saling mencintai dan saling percaya. Aku akan melindunginya dan
tak akan pernah ia terluka sedikitpun. Tak kan pernah kusia-siakan kesempatan
yang telah dia berikan untuk orang Brengsek sepertiku.
Terimakasih telah memberiku kesempatan itu
Terimakasih karena bertahan untukku
Terimakasih karena cintamu hanya untukku
Aku mencintaimu My SweetHeart
Selamanya hingga aku mati....
SELESAI
Maaf jelek saya hanya iseng. moga terhibur Keep Banghim Forever
RCL...Please
oke Juseyoooooooo.......