28 Juli, 2016

BANGHIM FANFIC "Kesempatan Ke-Dua"




Kesempatan Ke-Dua 
By Chusnul BrainboxesB.A.P

Warning!!!! ini Yaoi Broo/Siss




Dia yang selama ini bersamaku
Dia yang selama ini selalu menemani hariku
Dia yang selama ini ada untukku
Dan dia yang selama ini kusakiti

Mengingat namanya membuatku merasa sakit. Setiap waktu aku bertanya apakah dia baik-baik saja? apakah dia makan dengan baik? dan apa saat ini dia tengah menangis?. Dan tentu saja dia tengah menangis sekarang. Sesungguhnya aku ingin mengubah semua ini, memperbaiki apa yang telah kuhancurkan, tapi...aku takut akan menyakitnya lagi.

Senyum itu hanya untukku
Tawa itu hanya untukku
Bibir itu hanya untuk memanggil namaku dengan sayang
Mata itu....hanya melihatku
Dan....Mata itu adalah mata yang selalu kubuat menangis

Aku menyadari semua, menyadari bahwa semua aku yang salah, dan aku juga menyadari bahwa aku mencintainya. Dia....selalu tersenyum untukku walau air mata mengalir dipipinya, aku tahu bagaimana dia, dia mencoba untuk tetap tegar dihadapan semua orang, dia selalu mencoba merasa baik-baik saja saat hatinya sedang terluka. Dan apa yang dapat aku lakukan saat itu hanya diam, merasa seolah semua memang baik-baik saja, padahal aku yang menyebabkan itu terjadi.

Suara merdunya menyejukan hatiku
Usapan tangannya membuatku damai
Genggaman tangan itu menghangatkanku
Pelukan itu membuatku merasa nyaman
Dia begitu sederhana dan penuh ketulusan

Aku menyesal, menyesal karena telah menyia-nyiakan orang seperti dia, saat semua memanfaatkan kekayaan dan popularitasku dia haya minta agar aku tetap tersenyum. Dia merelakan apapun demi kebahagiaanku tapi aku mengabaikannya, menganggap seolah dia tidak ada dan menganggap yang semu adalah nyata. Aku masih memngingat semua, dimana dia tersenyum untukku dan aku membalasnya dengan tatapan kebencian tapi dia sedikit pun tak melunturkan senyumnya yang manis itu. Kenapa begini? Kenapa aku kejam sekali? Meninggalkannya tanpa sebab dan aku malah memilih orang lain untuk enemani hariku. Betapa bodohnya aku.

Kadang aku berfikir, apakah dia Malaikat? kenapa sedikit saja tidak pernah marah, kenapa dia tidak memukulku saja saat aku melukainya, kenapa dia tidak membunuhku saja saat semua rasa pahit itu kuberikan padanya dan kenapa dia hanya berkata “lakukan apapun yang membuatmu senang”. Coba kalian bayangkan, fikiran macam apa itu?
Saat ini aku akan melepaskan semua keegoisanku, kesombonganku dan rasa tidak peduliku. Ini belum terlambat, Dia masih setia untukku dan aku harus mempertahankannya. Tak akan pernah aku ulangi hal bodoh itu lagi dan tak akan keubiarkan dia menangis lagi.
.
.

Saat ini aku ada didepan kelasnya, lebih tepatnya kelas 12 B. Aku lihat dia sedang bercanda bersama teman-temannya dan aku sadar dia adalah orang yang sangat menyenangkan dan Easy Going. Aku memberi kode pada satu temannya untuk memanggilkan dia untukku.

“Himchan-ah, tuh...”

Dia menoleh kearahku dengan terkejut, karena tidak biasanya aku datang kekelasnya malah kita tidak pernah bertemu disekolah. Dia bejalan mendekatiku dan jantungku tak henti-hentinya berdetak, ah aku bisa gila!!

“hai. Bbang”
Masih sama, dia masih Kim Himchanku. Tak ada yang berubah
“ada apa? Aka kamu perlu sesuatu”

Srettt

Aku tak menjawab pertanyaannya dan langsung menariknya dari sana, mengundang rasa khawatir dari teman-temannya. Tenang saja Guys dia akan aman bersamaku.
Kini aku dan Himchanku sedaang berada di Kantin.aku tak memperdulikan tatapan heran dan tidak suka dari murid lain, kini anggap saja hanya ada aku dan Himchanku.

“Bbang. Kamu mau makan? Kenapa tidak bilang dari tadi”

Dia tersenyum padaku, khas seorang Kim Himchanku dan itu sangat cantik.
Tak ada yang keluar dari tenggorokanku. Aku sibuk mengamati Himchanku yang tampaknya tidak nyaman dengan suasana ini.

“tidak ingin pesan sesuatu? Kenapa kamu terus diam begitu Bbang”

Dia berkata lirih dan menundukan kepalanya. Kenapa?

Aku memberi kode pada ibu penjaga kantin agar mengantarkan pesanan yang aku pesan sebelumnya tadi. Aku sudah menyiapkan semua untuk Himchanku.

Pukk

Kuletakan sumpit didepannya. Ia tampak terkejut melihatnya, dan ekspresi itu sunguh lucu. Aku terkekeh dalam hati.

“makanlah”
“sebanyak ini”
“kamu tidak mau”
“emmm” Gumamnya dan mengangguk

Kusodorkan sumpit yang sudah berisi udang goreng ini kehadapannya bermaksud menyuapinya.

“buka mulutmu” dia menolak pada awalnya tapi akhirnya ia membuka mulutnya untukku. Senang sekali rasanya. Ini adalah hal romantis pertama yang pernah kulakukan. Serius!!
Aku terus menyuapinya dan dia terus menolak tapi dia akhirnya luluh juga

“Bbang. Kenapa menyuapiku terus. Kamu gak makan?”
“nanti saja”

Kugengam tangannya yang dingin itu diatas meja, aku merasakan tubuhnya bergetar. Apa dia takut?

“Hime-ah” ini adalah panggilan baruku untuknya, manis bukan?
“hah” ia nampak bingung
“Hime-ah, gimana kabarmu?”
“kamu bicara padaku?” tanyanya polos
“ya. Aku bicara denganmu”
“emmm aku baik. Kamu sediri?”
“aku....aku sangat tidak baik”
“benarkah. Apa kamu sakit. Dimana yang sakit. Kenapa nggak bilang...”

Beginilah dia. Betapa hebohnya dia jika menyangkut tentang keadaanku. Aku membiarkan dia mengecek keningku atau leherku. Aku sangat suka dia seperti ini. Tak ada yang pernah memperhatikan ku selain Himchanku.

“Eunggg..maaf” dia berhenti setelah bertemu pandang denganku. Ia kembali duduk dibangku didepanku. Lagi-lagi dia menunduk. Kenapa hime?
“minta maaf kenapa?”
“ka-karena aku menyentuhmu. Maafkan aku ya”

Deg

Tiba-tiba dadaku sesak sekali mendengarnya. Aku baru ingat bahwa aku pernah menyuruhnya untuk tidak menyentuhku barang sejengkal pun. Aku menyesal pernah mengatakan itu

“sudah kenyang, ayo aku antar kekelas”
“eumm...oke”

Aku memberi kode untuknya agar segera masuk tapi dia malah terus memandangku. Jadi kuputusan untuk memeluknya membuat reaksi heboh dari seluruh isi kelas. Well..siapa yang tidak heran jika aku yang terkenal dingin dan cuek kini memeluk seseorang begini terlebih itu adalah Himchan. Aku merasakan tubuhnya bergetar lagi, semakin kueratkan pelukanku dan kubelai surai hitamnya yang lembut. Ada rasa bahagia dari dalam, seperti kau mendapat gelar juara. Rasanya ingin menangis.

“masuklah. Hime” kulepas perlahan pelukanku dan dia menunduk malu dengan pipi yang bersemu merah. Aku tersenyum dan mengusak poninya

“oke. Terimakasih Bbang.”
“tidak masalah. Jangan berterimakasih”
Ia menganguk kecil dan melambaikan tangannya sebelum ia masuk kedalam kelasnya. Aku masih berdiri disini untuk memastikan dia duduk ditempatnya dengan aman.

“KIM HIMCHAN....” aku meneriakan namanya sangat keras dengan suara rendahku membuat semua orang menatap kearahku termasuk Dia.

“AKU MENCINTAIMU” kuteriakan kalimat itu dengan lantang. Kulihat Himchan masih terdiam ditempatnya berdiri. Setelah itu aku pergi menuju kelasku, kelas 12 A.

Sepulang sekolah aku menunggunya didepan kelasnya tanpa sepengetahuannya. Pelajaran berakhir dan dia merapikan buku-bukunya. Beberapa anak sudah keluar termasuk Hime-ku yang sedang berjalan keluar kelas bersama kelompoknya

Srettt

“ehh”
Aku menatap matanya yang juga menatapku dengan heran
“B..Bbang” Lirihnya masih terdengar olehku
“ayo kita pulang”
“tapi aku pulang naik bis bersama teman-temanku”
“sekarang pulangnya denganku”
“ta...”
“Bro gue pinjem dia lama ya” aku memotong ucapannya dan minta ijin sama teman-temannya
“oke Bro”

Sekarang kita sudah ada di dalam mobilku. Hime-ku nampak diam tak bersuara dan tidak bergerak dia terlalu sibuk memainkan jemarinya. Apa dia gugub? Atau sedang takut?

“ayo kita jalan-jalan” kugengam tangannya sambil menyetir. Aku lihat dari ekor mataku Hime-ku terus memandangku tanpa berkedip. Aku memang tampan lho!
“Jangan lihatin terus. Aku emang tampan tapi jangan sampai matamu keluar gara-gara ini”
Dia lagsung mengalihkan pandangannya kedepan dengan wajah yang memerah. Aku suka sekali jika melihatnya begitu
“Kamu ingin kemana?”
“emm”
“aku bertanya. Kamu mau kita pergi kemana?”
“terserah padamu Bbang”
“oke. Kita akan ke taman kota saja. Bagaimana?”
Dia mengangguk dan aku tersenyum menanggapinya, jangan lupa jika tangannya masih kugengam hinga basah oleh keringat sekarang.

“sudah sampai”
Kubukakan pintu untuknya dan dia keluar setelah itu aku mengandeng tangannya berkeliling taman ini. Aku tidak pernah mengajak siapapun jalan-jalan. Waktuku hanya kuhabiskan di club malam.
Ini sudah 5 menit kami berjalan mencari bangku yang kosong dan Hime-ku masih saja diam, dia meurut kujak kemana kakiku melangkah. Jika kutanya apa dia mau ini atau itu dia hanya menganguk saja.
Ah itu dia ada bangku yang kosong tepat dibawah pohon yang rindang dengan bunga yang bermekaran disekitarnya

“Kita duduk sini ya Hime”
Dia hanya menganguk dan duduk disampingku. Entah mengapa aku engan melepas tautan tangan kami. Aku masih merasa nyaman seperti ini.
“Hime-ah. Kau mau itu” tanyaku sambil menunjuk penjual permen kapas yang dikerubungi oleh anak-anak kecil tak jauh dari tempat kami duduk
Dia hanya tersenyum kecil menggapinya.
“oke tunggu ya” dia mengangguk

Aku memesan 1 rasa Strawbarry. Sambil menunggu aku melihat kerah dimana malaikantku berada. Dia tak melakukan apapun, hanya diam dan kadang melihat kesekitar. Wajahnya terlihat damai. Ramputnya sedikit tertiup angin sore membuatnya sangat cantik. Jadi selama ini aku memiliki pacar yang cantik?. Tapi tunggu...dia terlihat sedih? Ada apa?.

“Hanya satu nak?” tanya penjual permen kapas itu padaku
“iya Paman”
“kulihat kau sedang bersama seseorang”
“iya, paman. Itu dia ada disana”
“apa dia kekasihmu”
“iya Paman”
“kalian terlihat serasi. Kau sangat baik pasti dia sangat bahagia punya pacar sepertimu”

Sejenak aku menunduk. Apakah Himchan bahagia sedangkan setiap hari hanya luka yang kuberi. Aku tersenyum menanggapi Paman itu
“jangan sia-siakan orang kau cintai dan mencintaimu. Mereka adalah orang yang akan mengerti dan menemanimu bagaimana keadaanmu”
Ujar paman itu seperti tahu apa yang ada dalam pikiranku
“itu pasti paman. Aku akan menjaganya dengan baik.” Ujarku sambil memandang Hime-ku
“baiklah. Ini” paman itu memberikan Permen kapas yang kupesan tadi
“berapa paman?”
“untukmu saja. Dan semoga beruntung. Kudo’akan agar kalian tetap bersama selamanya”
“wahh terimakasih paman terimakasih.”
Paman itu sangat baik
“Baik paman aku kesana dulu. Terimakasih paman”

“Maaf lama”
“tak apa”
“ini”
“hanya satu”
“iya, ayo kita makan bersama”
“dasar pelit” gumamnya lirih seolah ingin bercanda padaku dan aku tersenyum menanggapinya
Kami memakannya bersama rasanya tak lebih manis dari pada wajah Hime-ku yang damai. Aku menyuapinya, seperti biasa dia selalu menolak namun akhirnya ia mau.

“enak enggak?”
“memm manis”
“tapi lebih manis dirimu”
Ia berhenti memakan permennya dan memandangku kubalas tatapannya dengan senyumanku, dia juga balas tersenyum kecil padaku seperti ada kekhawatiran di wajahya, dia sedang mencemaskan sesuatu?

Hening...

tak ada dari kami yang berbicara, hari sudah semakin sore
“Setelah ini kita...”
“Bbang”
Ucapanku terpotong karena Hime-ku menyelanya
“Iya”
“Bo-boleh aku tanya sesuatu”
“tentu”
Ia terlihat takut dan khawatir. Aku coba untuk menenangkannya
“katakan saja Hime. Tidak apa” kugengap tangannya. Dia gemetar
“ke-kenapa kau mengajakku pergi?”
“karena aku ingin mengahabiskan waktuku bersamamu”
“tapi kenapa?”
“apa kau keberatan”
Ia mendongak menatapku
“tidak, aku senang kau mau mengajakku pergi....tapi aku takut..”
“apa yang membuatmu takut”
“kau tiba-tiba baik padaku hari ini. Kau juga mau bicara padaku, kau mau tersenyum padaku dan kau juga mau memegang tanganku. Ku pikir ini tidak mungkin.”
Tess
Ia meneteskan air matanya, aku ingin bicara tapi dia terus menyelaku
“tidakkah menurutmu itu aneh. Ada apa denganmu Bbang? Apa...apa kau merencanakan sesuatu? Kau menginginkan apa dariku Bbang? Katakanlah jangan begini. Jangan memberi harapan padaku”
“Hime...”
“aku kan memberikannya padamu jika kau memintanya. Tidak perlu bersikap begini”
“Hime dengarkan aku dulu...” aku berjongkok dihadapannya
“aku tahu aku sangat keterlaluan padamu, maafkan aku karena menyakitimu. Maaf karena aku selalu membuatmu mengangis. Dan aku sadar jika aku mencintaimu. Bisakah kau beri aku satu kesempatan utuk memperbaikinya. Ijinkan aku membuatmu bahagia Kim Himchan”
“tapi kenapa?”
“Aku sadar bahwa hanya kau yang bisa membuatku merasa berharga Hime. Kau mencintaiku dengan tulus dan tidak semestinya aku melakukan itu padamu. Aku mencintaimu sangat mencintaimu sampai kapanpun”
“katakan kau bercanda Bbang. Kumohon berhenti berbohong. Aku tahu kau tidak pernah mencintaiku. Kau yang bilang padaku bahwa aku tidak pantas untukmu. Aku haya jadi parasit untumu. Dan.....”
“sssttt.....lupakan apa yang pernah ku ucapkan. Sekarang aku bukanlah Yongguk yang dulu. Aku sudah berubah. Aku akan memberiakan seluruh hatiku untunmu. Kau membuatku mengerti apa itu rasa kasih sayang, peduli dan Apa itu cinta”
“benarkah”
“aku tidak pernah seserius ini”
“tapi Ji Eun”
“dia hanya pelarianku. Aku bersumpah bahwa aku tidak sedikitpun mencintanya. Karena cintaku ada bersamamu”
“Tapi kalian...”
“tidak. Apa yang dia katakan tidak pernah terjadi. Bagaimana bisa aku melakukannya jika wajahmu yang selalu ada dipikiranmu. Dan aku akan melakukannya bersamamu”
“Aku mencintamu Bang Yongguk”
“aku lebih mencintaimu Bang Himchan”

Sejak saat itu kami memulai hidup lebih baik, walau terkdang sedikit pertengkaran kecil setidaknya hanya Hime ku yang suka merajuk. Kami saling mencintai dan saling percaya. Aku akan melindunginya dan tak akan pernah ia terluka sedikitpun. Tak kan pernah kusia-siakan kesempatan yang telah dia berikan untuk orang Brengsek sepertiku.

Terimakasih telah memberiku kesempatan itu
Terimakasih karena selalu mencintaiku
Terimakasih karena bertahan untukku
Terimakasih karena cintamu hanya untukku
Aku mencintaimu My SweetHeart
Selamanya hingga aku mati....


SELESAI

Maaf jelek saya hanya iseng. moga terhibur Keep Banghim Forever
RCL...Please

oke Juseyoooooooo.......